Review – The Battleship Island (2017)

Pulau Hashima merupakan salah satu pulau di kawasan Nagasaki Jepang yang dijadikan sebagai tempat pertambangan batu bara pada tahun 1887-1974. Puluhan ribu orang bekerja disana sebagai penambang dan sempat menjadi salah satu pulau terpadat di waktu itu. Dari puluhan ribu orang tersebut, tercatat ada warga Korea Selatan yang kala itu negaranya masih berada di masa penjajahan Jepang. Pulau Hashima inilah yang dijadikan inspirasi oleh sutradara kenamaan Korea Selatan, Ryoo Seung-Wan (Veteran, The Berlin File) untuk merekontruksi peristiwa ke dalam visualisasi film blockbuster Korea Selatan terbaru berjudul The Battleship Island.

battleship-island-696x378
Sumber : http://montasefilm.com/wp-content/uploads/2017/08/battleship-island-696×378.jpg

The Battleship Island berkisah tentang sekitar 400 warga Korea Selatan yang bekerja di pertambangan batu bara pulau Hashima. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang dijebak oleh pasukan Jepang untuk kerja paksa sebagai penambang dan wanita penghibur. Lee Kang-ok (Hwang Jung-min) dan putrinya, Lee So-hee (Kim Su-an) yang tergabung dalam sebuah kelompok musisi, Choi Chil-sung (So Ji-sub) seorang gansgter yang kerap membuat masalah dan Park Moo-young (Song Joong-ki) seorang tentara Korea selatan, mereka adalah salah tiga dari ratusan orang yang terjebak di dalam The Battleship Island. Mendapatkan upah yang tidak manusiawi dan perlakuan semena-mena dari tentara Jepang, mereka mulai menyusun rencana strategi untuk kabur. Harapan itu datang ketika terdengar kabar gempuran pasukan sekutu terhadap Jepang semakin gencar.

TBI-Movie-Poster_hires-e1501777760943
Sumber : https://www.lipstiq.com/wp-content/uploads/2017/08/TBI-Movie-Poster_hires-e1501777760943.jpg

Dengan durasi 132 menit, film The Battleship Island merupakan sebuah paduan epic film perjuangan dengan dibalut sentuhan emosional dari beberapa karakternya. Tata cerita yang dialirkan kepada penonton mudah diikuti, walaupun di fase tengah film saya sempat bingung karena terlalu banyak sudut pandang karakter yang bertubi-tubi dihadirkan tanpa ada jeda untuk berpikir. Ada beberapa nada humor yang dihadirkan agar penonton tidak bosan divisualisasikan suasana mencekam bagaimana kejamnya pasukan Jepang pada masanya tanpa mengurangi sisi emosional dari pengisahannya.

Semua karakter yang dihadirkan bermain apik. Namun yang mencuri perhatian adalah hubungan ayah-anak yang diperankan oleh Hwang Jung-min dan Kim Su-an. Mereka adalah kedua karakter yang berhasil membuat peduli para penontonnya. Keterlibatan Song Joong-Ki di film ini juga apik sebagai pahlawan kemerdekaan walaupun ketika kemunculannya di setiap scene para penonton berteriak histeris. Salah jam nonton nih. Dari sisi produksi, kabarnya dana sebesar 20 Juta Dollar digelontorkan untuk membangun setting tempat agar menyerupai pulau Hashima secara detail. Adegan laga di fase terakhir adalah adegan terbaik yang sangat mendebarkan. Ada beberapa aksi yang sangat susah untuk dilupakan.

Kualitas perfilman Korea Selatan memang terdepan di Asia untuk saat ini. Terlebih The Battleship Island ini sukses besar di negara asalnya Korea Selatan. Dalam satu minggu penayangannya, The Battleship Island meraih 5 juta penonton. Sebuah rekor baru jumlah penonton di minggu pertama penayangannya untuk perfilman Korea Selatan.

Hmmm / Tidak Suka / Suka Sedikit / SUKA / Sangat Suka

IMG_20170824_214624
The Battleship Island (2017) | Action, Drama| Hwang Jung-min, So Ji-sub, Song Joong-ki, Lee Jung-hyun, Kim Su-an,| 132 Min |

 

Review – The Hitman’s Bodyguard (2017)

The-Hitmans-Bodyguard
Sumber : https://www.flickeringmyth.com/2017/04/the-hitmans-bodyguard-poster-spoofs-the-bodyguard/

Berawal dari munculnya poster parodi The Bodyguard (1992) di linimasa dunia maya, saya cukup berekspektasi tinggi dengan film The Hitman’s Bodyguard. Bayangan saya sudah terimajinasi, “ini film pasti lawak nih!”. Coba apa yang kalian ekspektasikan dari poster yang menggambarkan seorang Ryan Reynolds menggendong Samuel L. Jackson? Romansa prekuel Deadpool dengan Nick Fury? Bukan kok bukan. Ini bukanlah Marvel Cinematic Universe. Ini memang film hiburan ringan yang tak perlu pikir-pikir panjang.

The-Hitmans-Bodyguard-The-Bodyguard-e1492198046624
Sumber : http://www.ramascreen.com/wp-content/uploads/2017/04/The-Hitmans-Bodyguard-The-Bodyguard-e1492198046624.jpg

Patrick Hughes (The Expendables 3) sang sutradara bersama penulis naskah Tom O’Connor membawa kita ke dalam dunia agen pengawal di belahan benua Eropa. Michael Bryce (Ryan Reynolds) merupakan seorang agen pengawal dengan predikat tertinggi. Tentu dengan predikat tersebut, dia tidak diragukan lagi kemampuannya di dunia pengawalan. Namun, karirnya langsung hancur ketika dalam penugasannya, salah satu klien yang ia kawal tewas seketika di depan mata kepalanya sendiri. Dalam masa reputasinya yang kian buruk, Michael mendapat permintaan bantuan dari mantan kekasihnya yang bekerja di Interpol, yaitu Amelia Roussel (Elodie Yung) untuk menjaga seorang klien, Darius Kincaid (Samuel L. Jackson). Kincaid adalah seorang pembunuh bayaran dan sekaligus merupakan saksi kunci dalam persidangan kasus genosida yang dilakukan oleh pemimpin Belarusia, Vladislav Dukovich (Gary Oldman). Kincaid sangat butuh seorang bodyguard profesional karena ia diincar oleh anak buah Dukovich untuk dibunuh dalam perjalanannya menuju Mahkamah Internasional.

Melihat Ryan Reynolds dan Samuel L. Jackson dalam sepanjang adegan merupakan suatu hiburan yang penuh dengan ucapan sumpah serapah dari keduanya. Reynolds yang notabene memiliki image sebagai Deadpool yang bawel dengan celotehannya dan Samuel L. Jackson yang dalam beberapa filmnya memang sudah biasa memerankan tokoh dengan ucapan-ucapan busuk, menjadikan mereka berdua sebagai pasangan bromance rusak yang memiliki chemistry asik. Padahal mereka sebenarnya adalah musuh bebuyutan, jadi bisa dibayangkan bagaimana dialog-dialog kasar akan menerpa pendengaran penonton. Beberapa tokoh lainnya, seperti Gary Oldman, Salma Hayek dan Elodie Yung, walaupun penampilannya terbatas tapi memberikan tokoh-tokoh pelengkap yang solid di dalam filmnya. Terutama, Salma Hayek yang mencuri perhatian dengan obrolan-obrolan kotornya.

Memang naskah cerita yang dibuat oleh Tom O’Connor ini sederhana. Cukup duduk manis dan ikuti alurnya mengalir sendiri. Kamu tak perlu pikir-pikir panjang untuk menikmati filmnya. Film ini mempunyai beberapa momen laga seru (Adegan kejar-kejaran di pinggir sungai Amsterdam) dan beberapa dihadirkan dengan sadis, seperti adegan flashback Kincaid di dalam bar. Beberapa komedi dilepaskan dengan timing yang pas, walaupun ada juga yang meleset dan terasa dipaksakan. The Hitman’s Bodyguard adalah film aksi komedi yang cukup mengasyikkan dengan komposisi pemain-pemain di dalamnya. Durasi yang dihadirkan cukup untuk memberikan adegan-adegan hiburan untuk yang menontonnya.

IMG_20170823_201237_HDR
The Hitman’s Bodyguard (2017) | Action, Comedy| Ryan Reynolds, Salma Hayek, Samuel L. Jackson, Gary Oldman, Élodie Yung| 118 Min | 3.5/5

 

Review – The Underdogs (2017)

Semenjak Ernest Prakasa menelurkan dua buah karya filmnya, yaitu Ngenest (2015) & Cek Toko Sebelah (2016), saya sangat menunggu film-film karya Ernest selanjutnya. Awalnya mengira The Underdogs ini adalah arahan dari Ernest, ternyata Ernest duduk manis di kursi produser.  Harus bersabar hingga film Susah Sinyal rilis (mungkin) akhir tahun ini.

The Underdogs Poster
https://twitter.com/ernestprakasa/media

The Underdogs ini berkisah tentang 4 orang sahabat, yaitu Bobi (Jeff Smith), siswa rajin yang sering melaporkan murid-murid nakal. Dio (Brandon Salim), kutubuku yang pemalu. Ellie (Sheryl Sheinafia), cewek berselera seni tinggi yang dianggap aneh dan Nanoy (Babe Cabita), siswa yang sering tinggal kelas. Mereka adalah orang-orang yang merasa tersisih dan ga dianggap dari kehidupan di dunia nyata. Tidak punya teman, dikucilkan, dibully di sekolahnya. Merasa tidak ada perubahan dalam nasibnya yang gitu-gitu aja, mereka mencoba menggebrak menjadi Youtubers, setelah terinspirasi dari sebuah group rapper bernama S.O.L, Sandro (Ernest Prakasa), Oscar (Young Lex), Lola (Han Yoo Ra). S.O.L ini ternyata memilki nasib yang sama sebelum mereka tenar sebagai Youtubers. Ketenaran memang secara instan bisa didapat, tetapi persahabatan mereka juga terancam.

Masing-masing pemain bermain apik. Chemistry persahabatan keempat pemain utama berhasil dibangun. Sheryl & Jeff mendapatkan porsi drama lebih disini. Brandon Salim berhasil memperlihatkan bagaimana sosok seorang kutubuku dan Babe Cabita yang tampil gila disini karena celetukan-celetukan humornya, walaupun merasa kurang ada tembakan humor dari pemeran utama lainnya. Bagaimana dengan Young Lex? semenjak diumumkan sebagai salah satu castnya banyak yang mencibir karena image negatifnya. Di film sendiri, Young Lex tetaplah jadi Young Lex yang diimbangi oleh sifat tengil & angkuh Ernest Prakasa dan lugunya Han Yoo Ra.

Dalam The Underdogs ini, Adink Luwitang (Sutradara) beserta penulis naskah Alitt Susanto & Bene Dion Rajagukguk mencoba menggambarkan bagaimana perjuangan menjadi seorang youtubers itu merupakan sebuah perpaduan antara kreativitas dan keberanian dalam membuat konten. Porsi drama yang dihadirkan pada masing-masing pemeran utama menjadi bumbu manis pelengkap cerita dan tak berlebihan. Banyak pesan-pesan terselip yang mengalir tanpa harus menggurui kepada penonton. Ada beberapa konflik dalam penceritaan yang terkesan datang tiba-tiba. Untuk komedi, agak susah untuk membuat rahang mulut tertawa terbahak-bahak, walaupun ada beberapa humor yang buat saya bisa tergelak sementara. Tetapi saya acungi sepuluh jempol untuk lagu-lagu rap yang dibawakan para pemainnya. Musik-musiknya easy listening dan asik untuk bersenang-senang. Sebagai film from zero to hero, The Underdogs memberikan penutup yang manis seperti tagline filmya “Karena Sahabat adalah Hebat”

3 dari 5

IMG_20170817_181559_HDR
Dokumentasi Pribadi

 

 

 

Review – Annabelle Creation (2017) : Asal Mula Boneka Iblis

Annabelle (2014), spin off dari The Conjuring ini memang sukses besar di box office bila dibandingkan dengan biaya produksinya. Tetapi, Annabelle 3 tahun lalu sangat mudah dilupakan terlebih film horor ini buruk di mata kritikus. Namun demi pundi-pundi uang, New Line Cinema sebagai rumah produksi dari ‘The Conjuring Universe‘ (ga mau kalah sama Marvel & DC), kembali membuat seri Annabelle yang merupakan prekuel dari film sebelumnya. Akankah film ini sama buruknya dengan instalmen sebelumnya atau menjadi penebusan dosa bagi keburukan film Annabelle 3 tahun silam?

ANNABELLE_CREATION_POSTER-1200x1778
https://www.forbes.com/sites/scottmendelson/2017/06/20/annabelle-creation-trailer-and-poster-officially-announces-the-conjuring-universe/#25cd8c041ba7

 

Dengan arahan dari sutradara David F. Sandberg, yang sebelumnya menangani Lights Out (2011) dan ditulis oleh Gary Dauberman, Annabelle Creation memulai penceritaannya dari sebuah keluarga kecil yang tinggal di sebuah pedesaan dengan latar tahun 50an. Sang ayah, Samuel Mullins (Anthony LaPaglia) berprofesi sebagai pembuat boneka kayu. Satu waktu, keluarga ini ditinggalkan anaknya, Bee Mullins (Samara Lee) karena mengalami kecelakaan tragis. Untuk mengobati rasa kesepian, mereka mengundang beberapa anak panti asuhan beserta susternya untuk mendiami rumah mereka. Tak disangka, keputusan ini menjadi awal dari kebangkitan roh jahat yang menghantui rumah keluarga Mullins.

Annabelle Creation berhasil membuat suasana ngeri, mencekam sekaligus fun. Penonton memang tidak dibawa terburu-buru dalam menikmati horror buildingnya. Kengerian dalam filmnya dibangun secara intens dan setelah itu penonton akan menahan nafas tanpa jeda dan berteriak bersama-sama. David sandberg kembali mengecoh para penontonnya lewat permainan cahaya seperti dalam film Lights Out. Dan terbukti hal ini ampuh dalam menghadirkan suasana mencekam. Saya siap-siap tutup mata ketika ada kegelapan menyeruak. Selain itu, seperti film horor lainnya pergerakan kamera di Annabelle Creation juga jadi salah satu faktor untuk menghadirkan jumpscare-jumpscare asik yang tak murahan.

2
https://www.warnerbros.co.uk/movies/annabelle-creation

Tokoh utama di film ini ada di dua tokoh cilik, Linda (Lulu wilson) & Janice (Talitha Bateman). Mereka sangat bermain baik sebagai dua sahabat dan menimbulkan simpati setelah penonton tahu bagaimana ikatan yang dijalin diantara keduanya. Memasang ekspektasi rendah untuk film ini memang keputusan baik. Ternyata, Annabelle Creation ini lebih baik dari serinya yang pertama. Dan entah kenapa saya langsung menyamakan nasib film annabelle ini dengan seri film Ouija. Sadar dengan kekurangan di film pendahulunya dan langsung memperbaikinya di film kedua. Walaupun, film keduanya sama-sama merupakan prekuel dan Annabelle Creation adalah prekuel dari Annabelle yang juga merupakan prekuel dari The Conjuring, Yha!. Selain itu, Annabelle dan Ouija juga sama-sama dari media benda mati yang dirasuki oleh roh jahat.

Dalam film Annabelle Creation ada beberapa easter egg yang berhubungan dengan The Conjuring Universe. Dan yang paling saya suka di film ini adalah koneksi cerita dengan film pertamanya yang akan hadir diakhir film ini. Memang belum melampaui instalmen pertamanya, The Conjuring. Tetapi, Annabelle Creation sangat direkomendasikan untuk ditonton di layar lebar untuk memperoleh pengalaman horor yang maksimal. Sangat menunggu untuk film-film The Conjuring Universe selanjutnya. Ada dua credit scene di tengah dan di akhir.

 

IMG_20170812_115445_HDR
Pribadi (3,5/5)